JEJAK YANG HILANG: KONDISI TERKINI MONUMEN LAKA LANTAS BANGKALAN
Monumen Laka Lantas Bangkalan atau yang dikenal dengan Monumen Mobil Ringsek, Monumen Laka Lantas Bangkalan diresmikan pada 24 Juni 2016, sebagai monumen yang diprakarsai oleh Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Bangkalan. Berbeda dengan monumen pada umumnya yang sering kita jumpai. Monumen yang satu ini terbilang menyeramkan, mengapa tidak? Monumen Laka Lantas ini menggambarkan sebuah peristiwa kecelakaan lalu lintas antara motor dan mobil.
Nampak terjadi tabrakan yang sangat keras sehingga masing-masing kendaraan rusak berat dan lebih parahnya pengemudi motor terlihat nyungsep ke mobil ditambah dengan bercecernya darah di bagian depan mobil sehingga membuat monumen ini terbilang cukup menyeramkan. Monumen ini dulunya berbentuk mobil sedan berwarna biru yang ringsek atau hancur, dipajang di atas panggung. Tujuannya jelas, tugu Laka Lantas dimaksudkan untuk memberi peringatan kepada pengguna jalan agar mereka tidak kebut-kebutan. Peringatan itu diharapkan dapat menekan terjadinya kecelakaan lalu lintas di Bangkalan. Karena pada saat itu tingkat kecelakaan di Bangkalan sangat tinggi.
Namun, seiring berjalannya waktu, monumen ini justru menuai banyak kritik dan akhirnya dibongkar. Ada beberapa alasan utama di balik keputusan tersebut.
Tidak Efektif Menekan Angka Kecelakaan
Harapan awal pemerintah dengan menghadirkan monumen ini adalah menurunkan angka kecelakaan lalu lintas di Bangkalan. Sayangnya, data menunjukkan angka kecelakaan tetap tinggi. Banyak pihak menilai monumen tersebut tidak memberi dampak signifikan terhadap perilaku berkendara masyarakat Madura.
Merusak Pemandangan dan Dinilai Jorok
Bangkai kendaraan yang ringsek memang memberi efek visual yang kuat, tetapi juga menimbulkan kesan negatif. Kritikus menyebut monumen ini lebih mirip “tumpukan rongsok” ketimbang sebuah ikon daerah. Letaknya yang strategis justru dianggap memperburuk citra kota karena menampilkan kesan jorok dan tidak sedap dipandang mata.
Ide yang Dinilai Kurang Tepat
Alih-alih menakut-nakuti pengendara, pemerintah seharusnya lebih fokus pada tindakan nyata seperti memperbaiki infrastruktur jalan, melengkapi rambu lalu lintas, hingga menertibkan praktik ilegal dalam penerbitan SIM.
Pada akhirnya, meskipun niat awal pembangunan monumen ini adalah baik, yakni sebagai pengingat agar masyarakat lebih waspada di jalan, kritik yang datang dari masyarakat membuat keberadaannya dianggap tidak pantas. Pemerintah pun mengambil langkah untuk menurunkan atau membongkar monumen tersebut. Dibalik kontroversinya, kasus Monumen Laka Lantas Bangkalan memberikan pelajaran penting bahwa kampanye keselamatan lalu lintas tidak cukup hanya mengandalkan simbol visual ekstrem. Diperlukan upaya nyata dan berkesinambungan untuk menciptakan budaya tertib berlalu lintas demi menekan angka kecelakaan di jalan raya.
Kabupaten: Bangkalan